Jika anda adalah seorang muslim/muslimah, pasti akan mengetahui sedikit banyak tentang sholat meski dengan kedalaman interpretasi yang berbeda,,,
kalau tulisan ini, ada hubungannya dengan surat Al-Ma'un,,, selengkapnya klik dsini.
Surat Al-Ma’un mengandung arti yang sangat indah, Al-ma’un
bermakna perbuatan cinta kasih, Surat ini menggugah rasa empati agar selalu menghidupkan
kepedulian terhadap sesama sebagai wujud tanggungjawab hubungan horizontal “Hablumminannass”
terutama kepada dhu’afa, anak yatim dan kaum tertindas. Surat ini juga mengingatkan
bagaimana seharusnya hubungan vertikal “Hablumminallah” terutama sholat,
benar-benar dijalani dengan sesungguhnya tidak sekedar berhenti pada jasad yang
akan membawa pada ria’ dan kesombongan.
Secara syari’at, rukun pertama dari sholat adalah niat. Niat
berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta’ala semata,
serta menguatkannya dalam hati.Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua
amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai
dengan niatnya.”[1]
. Serta niat tersebut tidak untuk dilafadzkan secara dhohir, namun berasal dari
dalam hati. Abu Dawud bertanya kepada Imam Ahmad. Dia berkata, “Apakah orang
sholat mengatakan sesuatu sebelum dia takbir?” Imam Ahmad menjawab, “Tidak.”[2]
Sehingga jika seorang hamba melaksanakan sholat yang sebenarnya, maka pasti
akan terasalah manfaat sholat itu secara rohani dan jasmani.
Namun pada dasarnya, setiap mamnusia memiliki persepsi yang
berbeda terhadap pelaksanaan sholat yang sebenarnya. Itu tergantung pada
bagaimana mereka mendasari niat awal dalam melaksanakan sholat tersebut,
sebagai syarat gugurnya kewajiban, kebutuhan, atau memang benar sebagai wujud
syukur penghambaan seorang makhluk terhadap sang Kholik,
Berawal dari fenomena tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul Ruh Sholat, agar dapat menambah wawasan
tentang sholat juga peningkatan kualitas sebuah penghambaan, dengan berusaha
memahami QS Al-Maun ayat 4-5 tersebut secara kontekstual sehingga dapat lebih
mengetahui pengertian yang lebih esensial dan fungsional.
[1]
Bukhari, Muslim dan lain-lain. Baca Al Irwa’, hadits no. 22
[2]
Masaail al Imam Ahmad hal 31 dan Majmuu’ al Fataawaa XXII/28
A. SEBAB-SEBAB TURUNNYA SURAT AL-MAUN AYAT
4-5
Sebab turunnya
surat Al-Ma’un berdasarkan pada riwayat Ibnu Mudzir ialah berkenaan degan
orang-orang munafik yang memamerkan shalat kepada orang yang beriman; mereka
melakukan shalat dengan riya’, dan meninggalkan apabila tidak ada yang
melihatnya serta menolak memberikan bantuan kepada orang miskin dan anak yatim
( Riwayat ibnu Mudzir )[1].
Hal yang sama juga dipaparkan oleh sepasang penafsir tersohor Imam Jalaluddin
al-Mahally dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi[2]
tentang sebab turunnya ayat tersebut. Maka dengan turunnya ayat tersebut,
mereka mendapat ancaman dari Allah Ta’ala.
B. TAFSIR
a.
Tafsir
bi Al-Ma’tsur
Sholat
adalah ibadah utama ummat Islam, selain menjadi amal ibadah yang pertama kali
dihisab “Sesungguhnya amal yang
pertama dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat, jika
sholatnya baik maka ia beruntung dan sukses, jika shalatnya buruk ia akan
merugi”. (HR.Turmudzi-413), Sholat sebagai perisai seorang muslim
dari perbuatan tercela “Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab ( Al-Qur’an) dan dirikanlah
sholat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (
keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Ankabut ayat 45)
Masih soal lalai dalam sholat Allah berfirman :
Maka datanglah
sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang meremehkan sholat dan menuruti hawa
nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesaatan. Kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan beramal sholeh? (QS. Maryam: 59-60)
b.
Tafsir
bi Ar-Ro’yi
kalimat sindiran ayat 4-5 ( 4 ) maka celakalah bagi orang yang sholat
( 5 ) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, memiliki
susunan bahasa yang sempurna, bahwa Sholat menempati posisi penting dalam
Islam, tetapi juga bisa menyebabkan kecelakaan memerintahkan kita untuk waspada
dan selalu rendah hati bahwa diterima atau ditolak suatu ibada mutlak hak
Allah, tidak ada manusia yang diberikan legitimasi menyatakan ibadahnya sudah
cukup mengantarkannya pada surganya Allah, sehingga harus terus berusaha. Soal
lalai dalam Sholat Suatu hari, Sayyidah Fathimah as bertanya kepada Rasulullah
saw, “Yâ Abâtah, apa yang akan didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya,
menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?” Rasul
bersabda, “Hai Fathimah, barang siapa yang melecehkan shalatnya menganggap
enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan, Tuhan akan
menyiksanya dengan lima belas perkara. Enam perkara di dunia, tiga pada saat ia
mati, tiga lagi pada waktu ia berada di kuburnya, dan tiga perkara pada Hari
Kiamat, ketika ia keluar dari kuburnya.”
Para ulama mengomentari ayat diatas dengan tafsirnya yang
terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut :
1. Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, dan
Ibnu Zaid bim Aslam dan Sady yang disebut meremehkan sholat adalah Meninggalkan
Sholat ( Tidak sholat )
2. Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, Ibnu
Juraih meremehkan sholat adalah meremehkan waktu
3. Al Hasan Al-Bashri, meremehkan sholat
adalah meninggalkan Masjid ( Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )
Secara tegas Saad bin Abi Waqosh menyampaikan “Aku telah
bertanya kepada Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka
beliau menjawab Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan waktu sholat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar