Yach,,, karena setiap akhir tayangan di episode yang lalu selalu memancing penonton untuk 'Penasaran' dengan cerita selanjutnya. Dan juga penyampaian cerita di setiap episode selalu menarik dan mengundang emosi penonton.
Bagaimana ya,,, ketika hal itu terjadi dalam proses pembelajaran?? Menjadikan susana kelas seolah-olah sebuah 'Orkresta Pembelajaran'. Simak selengkapnya disini...
Sudah menjadi kendala umum bagi seorang pengajar jika
siswanya sering merasa bosan dengan kondisi kelas yang hanya monoton seperti
itu-itu saja. Minim sekali fariasi dan jarang mengungkapkan sebuah kreatifitas
dari kedua belah pihak, guru dan murid. Apalagi siswanya adalah notabene dari
mereka yang pergi ke sekolah hanya karena sekedar sebagai ‘syarat’ yang harus
mereka lakukan dan terima dari orang tua. Belum ada kesadaran yang murni hadir
dari diri mereka, bahkan mereka pun tidak didukung oleh modal IQ dan EQ yang
memadai.
Kondisi seperti ini sangat mempengaruhi ‘hawa’ tempat mereka
belajar dan mengajar. Jika berjalan seperti itu secara terus menerus, selain
akan membuat bosan dan sifat malas siswa, juga bisa mempengaruhi semangat
seorang guru. Guru akan sering mengalami titik jenuh, sehingga kapasitas
kegiatan belajar mengajar menjadi tidak menggairahkan untuk kedua belah pihak
dan berimbas kepada kualitas pendidikan yang rendah secara umum di Negara kita
ini.
Guru yang kreatif dan ‘cerdas’ dalam bertindak sangat
dibutuhkan dalam mengatasi kondisi membosankan dalam ruang belajar. Bayangkan
sebuah kondisi siswa selalu tersenyum penuh dukungan, selalu merasa dirinya
sukses, guru seringkali melihat siswa bercerita apa yang mereka peroleh di
kelas, berbagi, mengambil resiko dan merayakan belajar mereka. Kondisi seperti
itu sangat bisa diciptakan. Sebuah proses belajar yang dinamis dan tidak
terlupakan, suasana yang unik bagi siswa, membuat mereka selalu merasa aman
,nyaman, namun penuh tantangan. Mereka dapat mengerti dan merayakannya dengan
gembira.
Untuk menciptakan semua itu, guru harus banyak ‘tahu’
tentang:
- Sebuah pandangan positif terhadap semua siswa dan keampuhannya
‘Siswa lebih cepat
menangkap pandangan guru dari pada perkataan guru’. Guru butuh merubah
pandangan terhadap siswa dengan ‘kemampuan tinggi’ atau siswa dengan ‘kemampuan rendah’. Belajar
menganggap mereka semua ‘sama’ dipandangan kita memang bukan hal yang mudah,
tapi itu harus. Serasa melihat ‘bintang emas’ dan angka ‘10’ disetiap kening
mereka tanpa terkecuali. Seolah-olah mereka semua adalah siswa TOP. Karena
dalam proses dan hasilnya nanti seringkali sesuai dengan pandangan kita awalnya
terhadap sesuatu, termasuk terhadap siswa.
Dalam sebuah buku berjudul Education on the Edge of
Possibility, Renate Nummela Caine dan Geoffrey Caine menyatakan,
Keyakinan guru akan potensi manusia dan kemampuan anak untuk
belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan.
Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan
pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa perasaaan dan
sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya. (Caine
dan Caine, 1977, h. 124 dalam Porter, Bobbi de, dkk., Quantum Theaching, 2003,
h. 21)
- Sebuah peranan emosi dalam belajar
Sebuah penelitian menyatakan
bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan syaraf otak itu kurang dari yang
dibutuhkan untuk merekatkan pelajaran dalam ingatan. (Goleman, 1995, LeDoux, 1993,
MacLean, 1990 dalam Porter, Bobbi de, dkk., Quantum
Theaching, 2003, h. 22). Karena menurutnya, sebuah organ otak bernama amigdala,
pusat emosi otak, memainkan peran besar dalam penyimpanan memory.
Artinya, diawal kegiatan belajar
seorang guru harus siap untuk memastikan kalau siswanya tidak ada yang bad
mood. Emosi mereka digiring pada emosional yang menyenangkan, intinya
adalah membangun ikatan emosional antara keduanya sejak awal. Dengan cara
menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan
segala ancaman dari suasana belajar. Dengan seperti itu, hati dan pikiran siswa
akan lebih banyak terlibat pada guru dan pelajaran.
- Cara menciptakan dan membangun hubungan interaktif
‘sejauh kita memasuki dunia
siswa, sejauh itu pula pengaruh yang kita miliki didalam kehidupan mereka’.
Jika guru menjalin hubungan baik dengan siswa, maka mereka akan dapat menerima
guru dan ajarannya. Dengan adanya hubungan yang baik, hal yang semula mereka
anggap sebuah perang kekuatan atau kekakuan aturan disiplin akan berubah
menjadi musyawarah untuk mencapai keberhasilan belajar. Namun, dalam membangun
hubungan dan keamanan mereka, butuh niat kuat, kasih sayang, dan resiko dari
seorang guru.
- Cara memanfaatkan kegembiraan siswa
Setelah guru berhasil menciptakan
sebuah keriangan dalam kelas, siswa diajak masuk dalam dunia guru, mulai
menyampaikan materi dengan masih dalam suasana riang. Guru harus secara sadar
menciptakan suasana itu dalam pekerjaannya. Karena sebuah keriangan dapat
membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, bahkan dapat mengubah sikap
negatif.
- Dampak sebuah pengakuan
Untuk mendapatkan sebuah hasil
yang baik, akuilah setiap usaha siswa. Tidak hanya usaha yang tepat, tetapi semua
usaha mereka. Karena tidak dapat dipungkiri kalau semua orang senang diakui.
Menerima pengakuan membuat siswa merasa bangga, percaya diri, dan bahagia. Jika siswa punya modal
bangga, percaya diri dan perasaan bahagia, akan sangat membantu proses masuk
dan diserapnya pelajaran dalam pikiran mereka.
- Sangat pentingnya perayaan
Mengadakan perayaan dari hasil
belajar akan mendorong siswa untuk memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali
proses belajar mereka sendiri. Sebuah perayaan akan mengajarkan pada diri siswa
akan adanya sebuah motivasi hakiki yang ‘gratis’ tanpa ada dorongan dari luar
diri mereka sendiri. Karena sesuatu yang layak ‘dipelajari’, maka layak pula
‘dirayakan’.
- Sebuah keajaiban dari rasa gembira dan takjub
Diri manusia adalah sebuah mesin
belajar, dan alat sebenarnya pada setiap mesin belajar adalah rasa gembira dan
ketakjuban. Tanpa rasa itu, mesin belajar manusia akan berjalan lambat dan
berhenti.
Seperti saat manusia masih kecil,
penuh rasa ketakjuban akan hal-hal baru, hingga pada saat itu, si kecil dengan
cepat belajar berbagai hal didunia ini dari asalnya yang dia tidak tahu sama
sekali. Mereka membiarkan rasa gembira dan takjub selalu hadir setiap melihat
banyak hal baru, dan ‘wow’, mereka mereka akhirnya tahu berjuta benda, kata dan
banyak hal didunia ini. Jangan perlambat rasa gembira dan takjub siswa dengan
sebuah larangan kaku. Kata ‘tidak’ dan ‘jangan’, kerap menghambat alat belajar
cepat mereka.
- Sebuah keberanian mengambil resiko dengan perasaan gembira
Saat siswa berani memulai pelajar
dengan motivasi sendiri, berarti mereka berani mengambil resiko besar dalam
dirinya. Dan jika itu dilakukan dengan kehendak sendiri, dia melakukannya
dengan rasa gembira. Karena belajar itu
mengandung resiko. Setiap kai seseorang berpetualang belajar sesuatu yang baru,
dia mengambil resiko besar diluar zona nyamannya.
Pengambilan resiko menjaga otak
tetap bergerak, dan dapat terasa menggembirakan saat kita menciptakan resiko
tersebut menjadi resiko yang aman, butuh dukungan dan motivasi.
- Rasa saling memiliki karena sebuah kehangatan
Jika semua tahap berjalan dengan
baik, pasti akan tercipta kehangatan antar ‘masyarakat’ ruangan belajar. Rasa
saling memiliki menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan, dan
dukungan dalam belajar. Rasa ini juga mempercepat proses mengajar dan
meningkatkan kepemilikan pelajar. Sehingga layaknya sebuah keluarga harmonis
yag penuh kehangatan.
Jika semua dapat terwujud, siswa akan merasa rindu dengan
hadirnya guru dalam menyampaikan pelajaran. Hati mereka berdebar karena ingin
tahu apa yang akan guru ciptakan di kelas. Seperti sebuah infotainment dan
sinetron yang kisah selanjutnya selalu dinantikan. Sudah siapkah anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar